Girl
right??
Korea, 2003
Suho pov.
Brum..
Suara mobil box itu benar-benar
menganggu pendengaranku. Tidak tahukah mereka bahwa ada seseorang yang sedang
sakit disini? aku melongok kearah luar. Kulihat mobil box itu menurunkan
beberapa barang. Seperti yang sudah diceritakan eomma sebelumnya, akan ada yang
menempati rumah kosong disebelah rumahku. Katanya sih orang China.
Huh kenapa aku jadi memikirkan
mereka? lebih baik aku tidur saja lagi.
Cklek..
“Suho!” baru saja aku menutup
mataku, suara eomma masuk ke dalam telingaku.
“Wae eomma?” tanyaku tanpa
melihatnya. Aku masih saja bergelung di dalam selimut yang hangat.
“Ya! Siapa yang mengajarimu tidak
sopan seperti itu? Kalau kau berbicara pada seseorang terutama pada ibu tatap
wajahnya!” Eomma menarik selimutku.
“Ne eomma wae?” tanyaku malas.
“Eomma mau pergi ke Changsa
menemani appamu. Halmonie sakit, Suho.” Eomma menunjukkan ekspresi sedihnya.
“Lalu?”
“Ya! Kau ini bodoh sekali. tentu
saja kau harus jaga rumah. Sudahlah, appa sudah menunggu diluar. Saat kami pulang
1 minggu lagi, aku tidak ingin melihatmu meringkuk di kasur lagi seperti ini.
Jadi jaga dirimu baik-baik.” Setelah mengucapkan itu, eommaku langsung keluar
dari kamarku. Huh kenapa orang yang sedang sakit sepertiku ini malah ditinggal?
Eomma kejam!!
Suho pov end.
Author pov.
Anak kecil itu menggeliat tak
nyaman saat merasakan sinar matahari menembus kelopak matanya.
“Bangun sayang.” Seorang namja
cantik duduk di tempat tidur anak kecil itu lalu berusaha membangunkannya.
“Ne Umma. Lay sudah bangun.” Ucap anak kecil alias Lay alias Zhang Yixing
itu sambil terus berusaha memejamkan matanya.
“Apanya yang bangun hem? Ayo
bangun!”
Hup..
“Hua!! Umma turunkan Lay!” Lay
meronta dalam gendongan ummanya. Hey walaupun umma Lay itu cantik tapi tetap
saja seorang namja.
“Tidak. Kalau tidak seperti ini
aku yakin kau tidak akan bangun.” Umma Lay atau lebih tepatnya Zhang Henry
menggendong Lay ke ruang makan dimana suaminya Aka Zhang Zhoumi telah menunggu.
“Ah Umma jahat sekali. aku sedang
mimpi indah tadi.” Lay mempoutkan bibirnya saat dia telah duduk disalah satu
kursi meja makan.
“Ini sudah siang. Tidak baik
seorang penerus Zhang bangun terlalu siang Lay.” Ucap Appanya yang tengah sibuk
mengurus pekerjaannya melalui tablet.
“Yeobo, jangan mainkan benda kotak
itu saat kita bertiga berkumpul!” ucap Henry dengan nada dinginnya.
“Maaf yeobo. Aku hanya sedang
mengecek saham perusahaan.” Zhoumi hanya menyengir lebar.
“Tidak baik seorang kepala
keluarga Zhang bermain tablet di meja makan.” Zhoumi men-deathglare anaknya yang
baru saja menceramaihinya.
“Lihat. Anakmu saja tahu.”
“hah aku menyesal sudah
mengajarkan kata-kata seperti itu padamu Lay.”
Dan kini keluarga kecil itu tengah
menikmati sarapan mereka.
“Lay bisakah kau mengantarkan kue
yang kemarin Umma buat pada tetangga sebelah?” tanya Henry sambil menatap
anaknya yang masih mengunyah roti.
“Untuk apa?” tanya Lay.
“Utuk apa apanya? Kita ini
pendatang baru Lay, jadi harus bersikap baru pada tetangga kita.”
“Kenapa haru aku?” tanya Lay lagi.
“Kalau bukan kau siapa lagi? Umma
masih banyak pekerjaan Lay.”
“Baik-baik. Aku mengerti.” Lay
hanya bisa menyanggupi permintaan Ummanya.
.
“Umma mana kuenya?” anak kecil
berdress kuning itu menghampiri ummanya yang tengah sibuk di dapur.
“Ah itu ada di atas meja... Ya
Tuhan. Apa kau tidak menyisir rambutmu? Kenapa berantakan sekali?” Henry
menghampiri Lay lalu merapikan tatanan rambut anaknya itu.
“Nah kalau begini, kau jadi
terlihat lebih cantik.” Lay hanya tersenyum manis mendengar pujian dari
ummanya.
“Jadi umma mana kuenya?”
“Ini. Hati-hati jangan sampai
jatuh ya.” Ucap Henry lalu menyentil hidung anaknya sekilas.
“Jangan menyentil hidungku lagi
umma!” henry hanya terkekeh pelan saat melihat ekspresi kesal anaknya.
“Sudah lah sana cepat pergi.”
“Baik Umma. Lay pergi dulu.”
.
Tok.. Tok.. Tok..
Lay mengetuk pintu bercat putih
itu sekali lagi. Tapi tetap tidak ada jawaban dari sang pemilik rumah.
“Apa pemiliknya sedang pergi ya?”
Gumam Lay sambil terus menatap pintu yang tentu saja jauh lebih besar dari pada
tubuhnya. Ia mencoba meraih gagang pintu.
Cklek..
“Ya kenapa tidak dikunci?” Lay
sedikit kaget saat mengetahui pintu itu tidak dikunci. “Masuk atau tidak?” Lay
sedang bergelut pada pikirannya sendiri sampai tidak menyadari ada seseorang
yang tengah menatapnya aneh.
“Adik kecil kau siapa?” tanya
orang itu yang membuat Lay sedikit kaget.
“A-Annyeong H-Haseo. Lay imnida.
T-tenangga barumu.” Lay membungkukkan tubuhnya 45 derajat.
“Ah.. begitu. Ada apa?” tanya
Orang itu sambil mensejajarkan dirinya dengan Lay. Sementara Lay hanya bisa
membelalakakan matanya.
“K-kau bisa bicara dengan bahasa
China?” *Anggep aja selama ini Lay sama keluarganya pake bahasa China* Orang
itu mengangguk sambil memperlihatkan senyuman angelicnya.
“Tentu saja ayahku orang China.
Namaku Kim Junmyeon.” Orang itu mengulurkan tanggannya pada Lay.
“Senang berkenalan denganmu Jun
Mahou gege.” Junmyeon terkikik pelan saat mendengar namanya yang terdengar
sangat lucu saat diucapkan oleh Lay.
“Panggil saja Suho gege.”
“Baiklah Suho Gege aku kesini
untuk mengantarkan kue buatan ibuku untukmu. Katanya untuk tanda perkenalan.”
“Xie xie Lay. Apa kau mau mampir
dulu?” Suho bertanya.
“Em.. bolehkah??” tanya
“Tentu saja.” Suho mengandeng
tangan Lay masuk kedalam rumahnya.
“Gege kenapa rumahmu berantakan
sekali?” Yixing mengedarkan pandangannya kesetiap sudut ruangan rumah itu.
“Hehe.. gege belum sempat
membereskannya.”
“Dan gege ini apa?” tanya Lay
sambil memungut sebuah majalah yang berserakan dilantai ruang keluarga. melihat
majalah yang dipegang Lay, Suho langsung membelalakkan matanya.
“J-Jangan pegang itu!” Suho
langsung merebut majalahnya dengan paksa dari tangan kecil Lay. Lay
mengembunggakan pipinya saat Suho dengan seenak jidat merebut majalah itu.
“Lay pingin lihat gege!” Lay
melompat sambil mengangkat tangannya. Mencoba merebut majalah itu kembali. Dan
rupanya dewi fortuna sedang tidak berpihak pada Suho sekarang. Majalah itu
jatuh kelantai dan langsung memperlihatkan ini majalh itu.
‘mati aku!’
“Ge. Aku tidak percaya namja
berwajah malaikat sepertimu suka membaca yang seperti ini.” Kata Lay sambil
menatap majalah itu dengan tatapan datar.
“Err.. sejujurnya itu..” Suho
menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“KAU MEMBACA MAJALAH PORNO GE?!”
Suho langsung menutup telinganya saat mendengar sura Lay yang melengking
hebat(?)
“Yah.. kau tahukan? Terkadang
namja dewasa itu perlu menghibur diri.” Kali ini Suho memberanikan diri menatap
Lay yang masih memasang wajah datarnya.
“Lebih baik kita bereskan dulu
kekacauan ini.” Dan beberapa saat kemudian mereka berdua larut dalam kerja bakti(?)
yang diadakan secara dadakan oleh Lay.
.
Bruuk...
Tubuh kecil Lay dan juga Suho kini
telah duduk manis di sofa dengan keringat yang menites di dahi mereka.
“Hah.. kenapa rumah gege kotor
sekali?”
“Kan aku sudah bilang aku belum
sempat membereskannya.”
“Memangnya orang tua gege dimana?”
“Pergi ke China. Katanya mau
menjenguk nenekku yang sakit.”
“Lalu kenapa gege tidak ikut?”
“Karna kemarin gege juga sakit.”
Lay langsung membelalakkan matanya saat mendengar perkataan Suho.
“Kau sakit ge? Gege sakit apa? Apa
sekarang sudah baikkan?” Suho terkekeh pelan saat melihat raut wajah Lay yang
menyiratkan kekhawatiran.
“Aku sudah tidak apa-apa kok.”
“Benarkah? Maaf Suho gege aku
tidak tahu kau sakit. Dan malah menyuruhmu membantuku merapikan rumahmu.
Maafkan aku. HUE~” Lay menangis keras dan membuat Suho kebingungan.
“Ya.. ya.. jangan menangis dong.”
Suho mengusap rambut panjang Lay dengan lembut.
“Maaf gege.. hukum aku! Berikan
hukuman padaku agar aku bisa menebus kesalahanku!” Suho menatap Lay dengan
tatapan yang tidak bisa didefinisikan dengan kata-kata.
“Em.. kalau begitu bisakah kau
buatkan makanan untukku? Aku belum makan sejak tadi pagi.”
“A-apa? Tapi aku hanyalah anak
berumur 7 tahun gege. Aku tidak bisa memasak dengan baik.” Lay menundukkan
kepalanya.
“Tidak apa-apa. Buatkan aku apapun
yang bisa kau buat. Bagaimana?” Lay tampak sedikit berfikir.
“Gege punya nasi?”
.
“Nah sudah jadi. Aku hanya bisa
buat onigiri gege. Maaf ya.” Suho menatap nasi kepal didepannya. Bentuknya
sangat rapi. Bahkan mungkin akan lebih rapi dari pada buatannya.
“Tidak apa-apa Lay. Aku coba ne.”
Suho mengambil satu lalu memakannya.
“Bagaimana? Tidak enak ya?” Lay
memasang wajah bersalahnya.
“T-tidak ini enak. Sungguh.” Suho
kembali melahap onigiri buatan Lay dengan senyuman yang tak henti-hentinya
pudar. Lay menatap hal itu hanya bisa tersenyum lega.
“Oh iya Lay. Dari tadi aku mau
menanyakan ini tapi belum sempat.”
“Mau tanya apa gege?”
“Siapa nama aslimu?”
“Zhang Yixing.” Ucap Lay dengan
menunjukkan senyuman diplenya.
“Nama yang manis. Tapi kenapa kau
menggunakan nama Lay? Nama itu terlalu manly untuk gadis kecil sepertimu.”
Krik..
Hening beberapa saat.
“Jadi selama beberapa jam ini,
gege mengira aku ini wanita?” tanya Lay dengan wajah datar.
“Tentu saja. kau ini cantik,
manis. Apa lagi dengan gaun kuningmu itu.” ucap Suho yang semakin tidak
mengerti.
“Maaf saja gege. Tapi aku ini
laki-laki.”
Krik..
“APA?!”
.
2008
Kedua orang itu kini tengah
berjalan-jalan disekitar taman dekat rumah mereka. namja kecil bergaun biru itu
kini tengah asik memainkan tangan namja yang tengah mengandeng tanggannya.
“Gege. Kenapa gege diam saja?”
tanya namja kecil berumur 12 tahun itu pada namja yang jauh lebih tua darinya.
“Tidak apa-apa Ying. Gege hanya
sedang memikirkan sesuatu.” Jawab namja dewasa itu.
“ Suho Gege memikirkan apa?
Ceritalah pada Yixing.” Ucap namja kecil bergaun biru bernama Yixing atau Lay
itu. semenjak Suho tahu bahwa Lay itu namja, Suho memutuskan memanggil Yixing
dengan ‘Ying’. Katanya sih itu terdengar lebih manis. Terus apa hubungannya
sama cerita ini coba?
“Apa yang Ying inginkan?” Lay kini
menatap Suho dengan tatapan bingung.
“Em.. Ying ingin selalu bersama
Suho gege, Ying ingin Suho gege tetap bersamaku, Ying ingin Suho gege jadi guru
yang baik seperti cita-cita gege, dan Ying ingin melepaskan topeng yang selama
ini Ying pakai. Ying lelah terus berpura-pura sebagai seorang yeoja.”
“Ying tahukan alasan kenapa Ying
harus hidup seperti yeoja dari dulu?”
“Tentu saja. untuk mencari seorang
suami seperti yang ada di dalam ramalan kuno keluargaku.”
“Dan Ying tahukan bagaimana
caranya agar Ying bisa lepas dari sandiwara ini?”
“Ying harus mendapatkan seorang
suami dulu baru bisa melepaskan penyamaranku sebagai yeoja.”
“Maka dari itu Ying..” Suho
menggantung ucapannya. “..menikahlah denganku.”
.
Flashback beberapa hari yang lalu.
Dirumah keluarga Kim itu, kini
Hangeng sebagai kepala keluarga, Heechul sebagai ibu, dan Suho tengah berkumpul
di ruang tamu.
“Suho, berapa umur Yixing
sekarang?” tanya Heechul memecahkan keheningan diantara mereka.
“12 tahun. Wae umma?” tanya Suho.
“Tidak apa-apa. Umma hanya
bertanya.”
Ting.. tong..
Bel rumah itu berbunyi. Dengan
segera Heechul berdiri dari tempatnya lalu membukakan pintu untuk sang tamu.
“Kalian sudah datang. Ayo masuk.”
Suho terlihat sedikit terkejut saat melihat orang tua Laylah yang datang. Kini
mereka berlima duduk di ruang tamu.
“Baiklah Suho kau pasti sangat
bingung mengapa kami semua ada disini.” Suho hanya diam saat mendengarkan
perkataan appanya.
“Kami ingin membicarakan masalah
perjodohan.” Kini Heechullah yang bersuara.
“Perjodohan? Perjodohan apa?” kini
Suho semakin bingung.
“Kami berencana menjodohkanmu
dengan Yixing. Anak kami.” Mata Suho terbelalak kaget saat mendengar penuturan
Henry. Ia menatap keempat orang di dalam ruangan itu dengan tatapan terkejut.
“B-bagaimana bisa? Aku sudah punya
kekasih umma. Umma masih ingat Tiffany? Dia kekasihku.” Kini giliran keempat
orang tua itulah yang saling menatap bingung.
“Bisakah kau putuskan yeoja itu
Suho?” tanya Zoumy dengan nada hati-hati.
“Itu tidak mungkin. Aku sudah
sangat mencintainya.”
“Tapi Suho perjodohan ini tidak
mungkin dibatalkan. Perjodohan ini sudah ditentukan jauh sebelum kalian lahir.
Perjodohan ini diatur oleh kakek kalian.” Suho terdiam mendengar penuturan
Hangeng.
“Cobalah untuk menjalaninya.
Paling tidak sampai usia Yixing cukup untuk memikirkan masa depannya sendiri.
Itulah wasiat nenekmu yang terakhir kali Suho.” Heechul menatap anak semata
wayangnya dengan tatapan penuh harap.
“Baiklah. Hingga umurnya 17
tahun.”
.
1 week later...
Teng.. teng..
Bunyi lonceng gereja itu menggema
ke seluruh desa kecil itu. desa yang terletak di Changsa, China.
Didalam gereja bernuansa putih
itu, seorang namja dengan tuxedo hitam tengah berdiri didepan altar. Menunggu
sang pengantin wanita.
Ckleek..
Pintu itu terbuka dan menampakkan
seorang yeoja atau lebih tepatnya namja cantik dengan gaun putihnya tengah
berjalan pelan dengan gandengan sang appa di sampingnya.
Namja bertuxedo hitam atau lebih
kita kenal dengan Suho itu menatap namja cantik atau Lay itu dengan senyuman
yang mengembang di wajahnya.
“Jaga dia Suho.” Zhoumi
menyerahkan Lay pada Suho lalu duduk di sebelah istrinya.
“Baiklah kita mulai upacara
pernikahannya.” Ucap sang pastur.
“Kim Junmyeon. Bersediakah dirimu
menerima Zhang Yixing sebagai istrimu dalam sehat maupun sakit. Dalam miskin maupun
kaya. Dan mencintainya hingga hanya ajal yang memisahkan kalian?”
“Ya. Saya bersedia.”
“Sedangkan kau Zhang Yixing. Bersedikah
dirimu menerima Kim Junmyeon sebagai suamimu dalam sehat maupun sakit. Dalam miskin
maupun kaya. Dan mencintainya hingga hanya ajal yang memisahkan kalian?”
“Ya aku bersedia.” (Maaf kalau
sumpahnya salah. Aku bukan orang Kriten soalnya. Mianhae..)
“Dengan ini kunyatakan kalian sebagai sepasang
suami istri. Mempelai pria silahkan mencium mempelai wanita.” Setelah mendengar
penuturan sang pastur, Suho membalikkan tubuhnya ke arah Lay. Ia berdiri dengan
lutut sebagai tumpuannya agar bisa mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Lay.
“Kau sangan cantik Lay. Sangat
cantik.”
.
.
TBC
.
.
1 komentar:
kok jadi sulay/kaisoo kmana?
Posting Komentar